PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengucurkan US$9 miliar (sekitar Rp137,95 triliun) untuk investasi sektor penghiliran tambang nikel di Indonesia, termasuk pembangunan pabrik peleburan atau smelter baru yang menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP).
PT Vale Indonesia akan menggarap tiga proyek smelter yang berlokasi di Sulawesi, tersebar di Sorowako, Bahodopi Morowali dan Pomalaa. Targetnya, peletakan batu pertama atau groundbreaking akan dilaksanakan tahun ini.
Wakil Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk Adriansyah Chaniago mengatakan, perseroan telah mendapat perizinan yang cukup progresif dari pemerintah untuk menopang kemajuan ketiga proyek tersebut.
Andriansyah menuturkan, proyek Bahodopi telah menyelesaikan 80 persen perizinan dan Pomalaa telah mendapat sekitar 50 persen dari perizinan yang diperlukan untuk mengesekusi komitmen investasi tersebut.
“Total semua [investasi] tiga proyek itu akan sekitar US$9 miliar,” kata Andriansyah saat ditemui di Jakarta, Rabu (13/9/2023).
Adriansyah juga menerangkan untuk persiapan infrastruktur pembangunan juga mulai disiapkan. Bahkan ada salah satu smelter yang mulai uji sampel pertambahnya.
“Groundbreaking sudah persiapan-persiapan infrastruktur segala macam, bahkan Pomalaa kita sampling test pertambangan dan hasilnya bagus. Kita bisa on time yang penting semua dilakukan dengan standar ESG sudah kami terapkan,” lanjutnya.
Selain itu, proyek Sorowako PT Vale Indonesia Tbk menargetkan dapat membangun pabrik HPAL dengan kapasitas produksi MHP sekitar 60.000 ton, yang berasal dari Sorowako-Malili dan Sorowako Outer Area (SOA). Sementara itu, fasilitas pemurnian di proyek Bahodopi ditargetkan dapat memproduksi sekitar 73.000 nikel per tahun.
“Kapasitas produksi MHP akan menjadi 120.000 ton per tahun sudah disetujui masuk ke dalam proyek di Pomalaa,” kata Andriansyah.
Sebelumnya, Holding BUMN tambang MIND ID meminta pemerintah untuk mengkaji kembali rencana pengembangan wilayah INCO termasuk penciutan sebagian konsesi tembang seluas 118.435 hektare.
Alasannya, INCO dinilai gagal memenuhi kewajiban investasi untuk proyek Sorowako, Pomalaa dan Bahodopi yang tertuang dalam kontrak karya (KK) hasil amandemen 17 Oktober 2014 lalu. Saat ini, mayoritas saham INCO dipegang oleh Vale Canada Limited (VCL) dengan porsi mencapai 44,3 persen.
Adapun, VCL dimiliki 100 persen oleh Vale S.A. Sisanya, kepemilikan INCO dipegang oleh MIND ID sebesar 20 persen, Sumitomo Metal Mining Co. Ltd. (SMM) 15 persen, dan publik 20,7 persen.
Lewat beberapa kali negosiasi divestasi saham, INCO bersedia melepas 14 persen sahamnya kepada MIND ID, dengan tetap memegang kendali atas operasi dan finansial. VCL berkomitmen melepas 10,5 persen sahamnya sehingga kepemilikan di INCO menjadi 33,29 persen.
Selanjutnya, SMM siap melepas 3,5 persen porsi sahamnya sehingga kepemilikannya menjadi 11,53 persen. Dengan pelepasan sebagian saham dua entitas asing itu, MIND ID bakal memegang saham mayoritas PT Vale Indonesia Tbk menjadi 34 persen.